Jumat, 12 April 2013

KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL


KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat, setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya pengambilan keputusan. Suatu ketika setiap orang tentu akan mengetahui bahwa ada begitu banyak persoalan dalam lingkungan sosialnya yang tidak dapat diselesaikan secara individu. Oleh karena itu dibutuhkan penilaian dan dialog dari pribadi-pribadi lainnya berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya. Proses pemecahan masalah itulah yang kita kenal dengan diskusi.
Suatu proses pembelajaran mempunyai banyak tujuan yang ingin dicapai.Tujuan tersebut tidak terbatas pada pengetahuan saja, melainkan juga pembentukan keterampiIan dan sikap. Oleh sebab itu proses pembelajaran  menuntut adanya model pembelajaran yang dapat melibatkan potensi peserta didik secara optimal, yaitu suatu model pembelajaran yang menekankan penggunaan metode diskusi kelompak dalarn pelaksanaanya. Kegiatan diskusi  memungkinkan peserta didik untuk menguasai konsep-konsep materi untuk memecahkan suatu masalah melalui proses berpikir kritis, percaya diri, berani berpendapat secara kritis dan positif serta mampu berinteraksi dengan teman dan lingkungan sosialnya.
Seorang guru yang memiliki fungsi sebagai fasilitator, motivator serta evaluator dituntut berbagai keterampilan-keterampilan dasar dalam mengajar. Salah satunya adalah keterampilan untuk memimpin diskusi kelompok kecil. Hal ini sangat penting sebab  menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:80) ”keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan  sebagai berikut:
1.        Siswa dapat saling member informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
2.        Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan komunikasi.
3.        Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
4.        Diskusi punya peran khusus dalam pencapaian tujuan pendidikan yang bersifat pendudukan sikap, nilai, kebiasaan dan keterampilan.
B.       Rumusan Masalah
Makalah ini membahas mengenai beberapa masalah seputar inovasi pendidikan, yaitu:
1.        Apa definisi dari diskusi kelompok kecil?
2.        Apa tujuan dan manfaat dari diskusi?
3.        Apa saja tahap-tahap kegiatan diskusi?
4.        Apa keunggulan dari diskusi kelompok kecil?
5.        Apa kelemahan dari diskusi kelompok kecil?
C.      Tujuan Penulisan
1.        Menjelaskan definisi  diskusi kelompok kecil.
2.        Menjelasakn tujuan dan manfaat diskusi.
3.        Menjelaskan tahap-tahap legiatan diskusi.
4.        Menjelaskan keunggulan diskusi kelompok kecil.
5.        Menjelaskan kelemahan diskusi kelompok kecil.












BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:79), “diskusi kelompok adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi/pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah”.
Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berfikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
Diskusi kelompok kecil mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1.        Melibatkan kelompok orang yang anggotanya antara 3-9 orang (idealnya 5-9 orang).
2.        Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan ) dan langsung, artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling beradu pandang dan saling mendengarkan serta saling berkomunikasi dengan yang lain.
3.        Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar anggota kelompok.
4.        Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu kesimpulan.
Dengan memperhatikan keempat karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan diskusi kelompok adalah suatu proses pembicaraan yang teratur  yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan tujuan untuk mengambil keputussan atau memecahakan suatu persoalan atau masalah.
Diskusi dalam kegiatan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan karakteristik diskusi pada umumnya, seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil, ada pimpinan diskusi seperti guru atau salah seorang teman dari siswa dalam kelompok tersebut. Setiap siswa dalam anggota kelompok masing-masing bebas tanpa ada tekanan dari pihak manapun untuk urun rembung, menyumbang pendapat, saran, berbagi pengalaman, untuk menghasilkan kesimpulan bersama atau terpecahkannya masalah yang didiskusikan.
Membimbing kegiatan diskusi dalam pembelajaran merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru, karena melalui diskusi siswa didorong untuk belajara secara aktif, belajar mengemukakan pendapat, berinteraksi, saling menghargai, dan berlatih bersikap positif. Melalui diskusi peran guru yang dikesankan terlalu mendominasi pembicaraan dengan sendirinya akan hilang. Dengan diskusi siswa dan guru sama-sama aktif, bahkan melalui diskusi dapat memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran aktif.
Hasil pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai melalui kegiatan diskusi terutama setiap individu dapat membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda dengan temannya yang lain, membandingkan interpretasi maupun informasi yang diperoleh. Dengan demikian melalui kegiatan diskusi yang dikembanghkan dalam pembelajaran setiap individu siswa dapat saling melengkapi, memperbaiki, sehingga kekurangan-kekurangan dapat dipecahkan.
B.       Tujuan dan Manfaat Diskusi
Kegiatan diskusi dalam pembelajaran dilakukan untuk memberi kesempatan kepada siswa membahas suatu permasalahan atau topik dengan cara setiap siswa menagjukan pendapat, saling tukar pemikiran untuk diperoleh kesimpulan bersama dari diskusi yang dilakukannya. Adapun tujuan dan manfaat kegiatan diskusi anatara lain :
1.        Memupuk sikap toleransi; yaitu setiap siswa saling menghargai terhadap pendapat yang dikemukakan oleh setiap peserta didik.
2.        Memupuk kehidupan demokrasi; yaitu setiap siswa secara bebas dan bertanggung jawab terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar fikiran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3.        Memndorong pembelajaran secara aktif; yaitu siswa dalam membahas suatu topik pembelajaran tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi melalui kerjasama dalam kelompok diskusi siswa belajar mengembangkan kemmapuan berfikirnya.
4.        Menumbuhkan rasa percaya diri; yaitu dengan kebiasaan untuk beragumentasi yang dilakukan antar sesama teman dalam kelompok diskusi, akan mendorong keberanian dan rasa percaya diri mengajukan pendapat maupun mencari solusi pemecahan.

C.      Tahap-Tahap Kegiatan diskusi
Diskusi dalam pembelajaran termasuk kedalam salah satu jenis metode pwmbelajaran. Setiap metode pembelajaran termasuk diskusi diarahkan untuk terjadinya proses pembelajaran secara aktif dan efektif dalam rangka mencapai tujuan (kompetensi) pembelajaran. Oleh karena itu agar kegiatan diskusi dapat berjalan dengan lancar, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa keterampilan dasar sebagai berikut:
1.        Memusatkan perhatian
Selama kegiatan diskusi berlangsung guru senantiasa harus berusaha memusatkan perhatian dan aktivitas pembelajaran siswa pada topik atau permasalahan yang didiskusikan. Dengan demikian apabila terjadi pembicaraan yang menyimpang dari sasaran diskusi, maka pada saat itu pula pimpinan diskusi harus segera meluruskan dan mengingatkan peserta diskusi tentang topik dan sasaran dari diskusi yang sedang dilakukan.
Diskusi sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran harus berjalan secara efektif dan efisisen. Salah satu  aspek untuk menunjang efektifitas diskusi yaitu apabila kegiatan diskusi tidak terjadi pembicaraan yang menyimpang. Semua pembicaraan harus terfokus pada permasalahan yang sedang dibahas. Oleh karena itu sebelum dan selama proses diskusi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.         Merumuskan tujuan diskusi; yaitu rumusan tujuan atau kompetensi secara jelas dan terukur yang harus dimiliki atau dicapai oleh siswa dari kegiatan diskusi yang akan dilakukan.
b.        Menetapkan topik atau permasalahan; topik yang didiskusikan diusahakan harus menarik minat, menantang dan memerhatikan tingkat perkembangan siswa. Topik masih bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan. Melalui topik yang dirumuskan tersebut dapat mendorong dan menggugah rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa akan secara aktif mencari informasi, belajar, dan memecahkannya.
c.         Mengidentifikasi arah pembicaraan yang tidak relevan dan menyimpang dari arah diskusi. Hasil dari identifikasi dapat dijadikan masukan bagi pimpinan diskusi untuk meluruskan pembicaraan, pertanyaan, atau komentar lainnya, sehingga kegiatan diskusi senantiasa terjaga dan terfokus pada masalah diskusi.
d.        Merangkum hasil diskusi; rangkuman ini tidak hanya dilakukan pada ahir diskusi, tapi selama proses berlangsung hasil pembicaraan yang inti segera dirangkum, sehingga pada ahir diskusi akan dapat menyimpulkannya secara lengkap dan akurat.

2.        Memperjelas masalah atau urunan pendapat
Pada saat diskusi berjalan, kadang-kadang pertanyaan, komentar, pendapat, atau gagasan yang disampaikan peserta diskusi ada kalanya kurang jelas, sehingga jelas mengaburkan pada topik pembahasan kadang-kadang juga menimbulkan ketegangan atau permasalahan baru dalam diskusi. Kejadian ini jangan dibiarkan semakin berkembang, karena akan mengganggu proses dan hasil diskusi itu sendiri.
Oleh karena itu guru atau pimpinan diskusi, harus segera memperjelas terhadap pendapat atau pembicaraan peserta diskusi yang kurang jelas ditangkap oleh peserta diskusi lainnya. Dengan demikian melalui upaya guru atau pimpinan diskusi urun rembug memberikan penjelasan yang diperlukan, maka setiap peserta diskusi akan memiliki persepsi yang sama terhadap ide yang disampaikan oleh anggota kelompok diskusi.
Untuk memperjelas setiap pembicaraan dari peserta diskusi, pimpinan diskusi atau guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.         Menguraikan kembali pendapat atau ide yang kurang jelas, sehingga menjadi jelas dipahami oleh seluruh peserta didik.
b.        Mengajukan pertanyaan pelacak untuk meminta komentas siswa untuk lebih memperjelas ide atau pendapat yang disampaikannya.
c.         Memberikan informasi tambahan berkenaan dengan pendapat atau ide yang disampaikannya, seperti melalui ilustrasi atau contoh, sehingga dapat lebih memperjelas terhadap ide yang disampaikan itu.

3.        Menganilisis pandangan siswa
Perbedaan pendapat dalam diskusi adalah sesuatu yang wajar dan sangat mungkin terjadi. Namun yang harus diperhatikan oleh guru atau pimpinan diskusi adalah bagaimana agar perbedaan tersebut menjadi pendorong dan membimbimng setiap anggota kelompok untuk berpartisipasi secara aktif dan konstruktif terpecahkannya masalah yang didiskusikan.
Disinilah pentingnya melakukan analisis terhadap pandangan yang berbeda yang dimunculkan oleh setiap peserta diskusi. Analisis terutama ditujukan untuk meminta klasifikasi atau alasan yang dijadikan dasar pemikiran terhadap pendapat dari masing-masing anggota kelompok diskusi. Dengan demikian semua peserta diskusi akan memahami dan menghargai terhadap perbedaan pendapat yang dikemukakannya.
Setelah diperoleh informasi alasan-alasan dari masing-masing anggota berkenaan dengan pendapat yang berbeda-beda itu, maka selanjutnya pimpinan diskusi dapat menindaklanjutinya dengan mencapai kesepakatan terhadap hal-hal mana saja yang disepakati bersama, sehingga dari diskusi tersebut membuahkan kesimpulan bersama.
4.        Meningkatkan urunan siswa
Diskusi dalam pembelajaran antara lain adalah untuk melatih kemampuan berfikir siswa, yaitu melalui menyampaikan ide, pendapat, komentar, kritik, dan lain sebagainya. Agar sasaran dari diskusi dapat tercapai yaitu dalam rangja mengembangkan kemmapuan berfikir siswa secara opyimal, maka guru atau pimpinan diskusi harus mendorong setiap anggota diskusi untuk berpikir dan menyampaikan buah fikirannya dalm forum diskusi tersebut.
Untuk memfasilitasi keaktifam siswa ikut serta urun rembug dalam kegiatan diskusi yang dilakukan, ada beberapa aspek yang ditempuh oleh guru atau pimpinan diskusi, antara lain:
a.         Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpendapat atau mengajukan gagasannya.
b.        Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal atau non-verbal, dimana melalui contoh atau ilustrasi tersebut menggugah siswa untuk berfikir.
c.         Mengahngatkan suasana diskusi dengan memunculkan pertanyaan yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat diantara anggota sesama kelompok.
d.        Memberi waktu yang cukup bagi setiap anggota kelompok untuk berfikir dan menyampaikan buah fikirannya.
e.         Memberikan perhatian kepada setiap pembicara sehingga saling menghargai dan dengan demikian dapat lebih mendorong siswa untuk berpartisipasi memberikan sumbang pemikiran nelalui forum diskusi yang dilakukan.

5.        Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Proses dan hasil diskusi harus mencerminkan dari hasil kerja kolektif antar sesama peserta diskusi. Oleh karena itu setiap anggota diskusi harus memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide, pendapat, atau memberikan komentar. Kegiatan diskusi merupakan salah satu contoh penerapan demokrasi dalam pembelajaran, karenanya pimpinan diskusi atau guru harus mampu mengendalikan kegiatan diskusi agar pembicara tidak didominasi oleh sekelompok atau orang-orang tertentu saja.
Apabila pembicaraan dalam diskusi hanya dimonopoli oleh peserta tentu saja, maka proses diskusi tidak akan berjalan secara efektif dan efisien. Demikian juga kesimpulan dari diskusi tersebut tidak mencerminkan hasil diskusi yang baik, melainkan kesimpulan dari sekelompok orang tertentu saja. Oleh karena itu untuk mendorong partisipasi secara aktif dari setiap anggota kelompok, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a.         Memberi stimulus yang ditujukan kepada siswa tertentu yang belum berkesempatan menyampaikan pendapatnya, sehingga siswa tersebut terdorong untuk mengeluarkan buah fikirannya.
b.        Mencegah monopoli pembicaraan hanya kepada orang-orang tertentu saja, dengan cara terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa yang dianggap pendiam untuk berbicara.
c.         Mendorong siswa untuk merespon pembicaraan dari temannya yang lain, sehingga terjadi komunikasi interaksi antar semua pserta diskusi.
d.        Menghindari respon siswa yang secara serentak, agar setiap siswa secara individu dapat mengemukakan pikirannya secara bebas berdasarkan pemahaman yang dimilikinya.

6.        Menutup diskusi
Kegiatan terakhir dari pelaksanaan diskusi adalah ,menutup diskusi. Diskusi dikatakan efektif dan efisien apabila semua peserta diskusi berkesempatan mengemukakan ide atau pikirannya, sehingga setelah berakhirnya dikusi diperoleh kesimpulan sebagai hasil berpikir bersama. Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau pimpinan diskusi dalam menutup diskusi antara lain adalah:
a.         Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran yang dihasilkan dari kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan.
b.        Menyampaikan beberapa catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang telah dilakukan, baik dalam bentuk aplikasi maupun  rencana diskusi pada pertemuan berikutnya.
c.         Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang telah dilakukan, seperti melalui kegiatan observasi, wawancara, skala sikap dan sebagainya. Penilaian ini berfungsi sebagai umpan balik untuk mengetahui dan memberi pemahaman kepada siswa terhadap peran dan partisipasinya dalam kegiatan diskusi tersebut. Hal ini penting untuk lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui diskusi yang akan dilakukan pada kegiatan berikutnya.

D.      Keunggulan Diskusi Kelompok Kecil
Beberapa keuntungan yang dapat diambil dari diskusi kelompok kecil :
1.        Kelompok menjadi kaya dengan ide dan informasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
2.        Termotivasi oleh kehadiran teman
3.        Mengurangi sifat pemalu
4.        Anak merasa terikat untuk melaksanakan keputusan kelompok
5.        Meningkatkan pemahaman diri anak
6.        Melatih sisa untuk berfikir kritis
7.        Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya
8.        Melatih dan mengembangkan jiwa social pada diri siswa

E.       Kelemahan Diskusi Kelompok Kecil
1.        Waktu belajar lebih panjang
2.        Dapat terjadi pemborosan waktu
3.        Anak yang pemalu dan pendiam menjadi kurang agresif
4.        Dominasi siswa tertentu dalam diskusi
5.        Tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran ketika siswa kurang siap mengikuti kegiatan pembelajaran
Semua kekurangan tersebut dapat ditekan dengan rencana yang matang dan keterampilan guru mengarahkan, memberi petunjuk yang jelas, memahami kesulitan siswa, dan membagi perhatian pada semua kelompok.
Diskusi kelompok bermanfaat ganda. Tidak hanya pengetahuan siswa yang bertambah. Diskusi kelompok kecil juga memupuk rasa kebersamaan dan berbagi sesama siswa. Untuk mendapatkan hasil maksimal di dalam diskusi kelompok kecil, ada hal-hal yang harus dihindari oleh guru dalam memimpin diskusi kelompok. Hal-hal yang harus dihindari tersebut adalah :
1.        Topik diskusi  yang tidak sesuai dengan minat siswa.
2.        Terlalu mendominasi diskusi dengan cara mengajukan pertanyaan atau memberikan jawaban yang terlalu banyak.
3.        Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi kelompok.
4.        Membiarkan terjadinya pembicaraan yang menyimpang dari topik diskusi atau tidak relevan dengan apa yang sedang dibicarakan.
5.        Terlalu sering menginterfensi siswa dengan pertanyaan atau pernyataan yang sebetulnya tidak penting.
6.        Tidak memberi waktu yang cukup untuk menyelesaikan masalah dalam rangka mencapai tujuan diskusi.
7.        Tidak memperjelas atau tidak mendukung pendapat siswa.
8.        Gagal menutup diskusi dengan efektif.










BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Dalam membimbing diskusi kelompok kecil, guru dituntut untuk bisa mengatur jalannya diskusi sehingga metode diskusi tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pada dasarnya, diskusi merupakan metode pembelajaran yang mengupayakan bagi semua siswa untuk proaktif dalam berfikir dan mengungkapkan pendapat. Untuk itu, pelaksanaan diskusi harus dilaksanakan dalam iklim terbuka yang memungkinkan semua anggota kelompok untuk berpartisipasi. Selain itu  guru sebagai pembimbing diskusi kelompok kecil, harus mempersiapkan jalannya diskusi kelompok tersebut dengan berbagai persiapan. Persiapan itu meliputi pemilihan topik diskusi yang menarik dan sesuai dengan indikator, perumusan masalah yang mengundang jawaban kompleks, memberi pengetahuan awal yang melatarbelakangi topik diskusi, serta  penetapan besar anggota kelompok dan penataan tempat duduk.

B.       SARAN
Untuk itu guru diharapkan menguasai komponen keterampilan dalam memimpin diskusi kelompok kecil. Komponen-koponen keterampilan itu antara lain adalah memusatkan perhatian agar diskusi tetap terarah pada tujuan ahir pembelajaran.  Memperjelas  masalah dan meningkatkan urunan, kemampuan menganalisis pendapat siswa, kemampuan meningkatan urunan siswa dan menyebarkan kesempatan berpartisipasi, menutup diskusi.





DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Pudyo. 2006. Keterampilan Membimbing Diskusi. Dalam UPT Program Pengalaman Lapangan (Ed.), Pengajaran Mikro Berbasis Kompetensi Malang: Universitas Negeri Malang.
Sukiraman,D M.Pd. Drs. dan Drs. Mamad Kasmad, S.Pd. 2006. PEMBELAJARAN MIKRO Bandung:UPI PRESS

Sukarni. 2010. Keterampilan Membimbing Diskusi, (Online), (http://sukarnidhm.blogspot.com/2010/02/keterampilan-membimbing-diskusi.html, diakses 1 Maret 2013).

Mirat. 2009.Kemampuan memimpin Diskusi Kecil, (Online), (http://www.mirat.cc.cc/2009/08/kemampuan-memimpin-diskusi-kecil.html, diakses 1 Maret 2013).

Andri.2008. Teknik Memimpin Diskusi Kelompok, (Online), (http://putraindo.blogspot.com/2008/12/teknik-memimpin-diskusi-kelompok.html, diakses 1 Maret 2013).